Bubalus quarlesi (Anoa Pegunungan)
Anoa pegunungan adalah salah satu dari dua jenis
spesies anoa yang ada di Indonesia, dikenal juga dengan nama
Mountain Anoa, Anoa de Montagne, Anoa de Quarle, Berganoa, Anoa de Montaña.
Anoa pegunungan merupakan ruminansia liar yang mirip dengan kerbau, tetapi
ukuran tubuh lebih kecil menyerupai kambing, sehingga mudah dikendalikan oleh
masyarakat untuk dibudidayakan. Jika anoa dibudidayakan akan memberikan
kontribusi sebagai sumber daging, namun di sisi lain populasinya mengalami
penurunan karena deforestasi dan perburuan liar (Mustari, 2005).
Upaya
penyelamatannya dari kepunahan lebih banyak dilakukan secara konservasi ex situ. Sejauh ini telah dilakukan penelitian tentang
konservasi hewan ini dengan pendekatan bioteknologi reproduksi melalui produksi
embrio in vitro dan kriopreservasi sel gamet dan embrio (Rusiyanto et
al., 2005). Penelitian lain adalah hubungan filogenetik anoa berdasarkan
genom mitokondria (Furoida et al., 2005).
Penelitian yang berkaitan dengan nutrisi
anoa, juga telah dilakukan yang meliputi analisis komposisi proksimat pakannya
di kawasan hutan Taman Nasional Lore Lindu (Labiro, 2001), dan di kawasan hutan
Kalobo Tanjung Peropa (Mustari, 2003), serta studi laju aliran ingesta,
konsumsi dan daya cerna nutrisi anoa (Miyamoto et al., 2005). Uraian di
atas menunjukkan bahwa masih banyak informasi yang belum diketahui, terutama
pada anoa yang baru diambil dari hutan dan dipelihara masyarakat di permukiman,
seperti kebiasaan makan (feeding habit), baik di hutan maupun di permukiman,
serta respon hewan ini terhadap pakan dan kebutuhan nutrien. Penelitian tentang
preferensi pakan dan kebutuhan nutrisinya bertujuan untuk menganalisa
jenis-jenis tanaman yang disukai di habitat alami dan di permukiman penduduk
sekitar kawasan hutan, menganalisa responnya terhadap manipulasi pakan dan
mengestimasi kebutuhan energi dan nutrien untuk hidup pokok dan pertumbuhan.
Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah anoa pegunungan (Bubalus
quarlesi) adalah sebagai berikut :
Kerajaan:
|
Animalia
|
Filum:
|
Chordata
|
Kelas:
|
Mamalia
|
Ordo:
|
Cetartiodactyla
|
Upaordo:
|
Ruminantia
|
Famili:
|
Bovidae
|
Upafamili:
|
Bovinae
|
Genus:
|
Bubalus
|
Spesies:
|
Bubalus quarlesi
|
Persebaran Anoa Pegunungan
Peta persebaran Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) oleh
Groves (1969) dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Peta Persebaran Anoa Pegunungan, Bubalus
quarlesi
Deskripsi
morfologi
Panjang dari kepala sampai kaki 122-153 cm,
tinggi bahu tidak lebih dari 75 cm, panjang ekor bisa mencapai 27 cm, sedangkan
berat ukuran dewasa kurang dari 150 kg. Anoa pegunungan memiliki bulu yang
sangat tebal dan berwarna cokelat gelap atau hitam. Anoa jantan warnanya
lebih gelap daripada anoa betina. Ekor relatif pendek. Baik jantan maupun
betina memiliki tanduk yang relatif pendek, lurus, dan sudutnya mengarah
kebelakang.Tanduk bisa bertumbuh hingga mencapai 15-20 cm.
Gambar 02. Morfologi Bubalus quarlesi
Kebiasaan Hidup dan Habitat
Alami
Anoa
pegunungan terdapat di pulau Sulawesi dan Pulau Buton di Indonesia. Anoa
Pegunungan termasuk dalam kategori hewan hutan hujan, dan memilih daerah
yang terdapat banyak vegetasi, sumber air yang permanen dan jauh dari
jangkauan manusia.
Anoa
pegunungan biasanya mandi di kubangan lumpur, seperti halnya kerbau liar. Hal
ini mungkin dikarenakan ia membutuhkan mineral yang terkandung di
dalamnya. Anoa Pegunungan sangat aktif di pagi hari, ia kembali ke tempat
berlindungnya saat tengah hari. Mereka berlindung di bawah pohon besar yang
tumbang, di bawah batu-batu besar dan diantara akar pohon. Tanduknya
digunakan untuk menyingkirkan ranting atau untuk menggali tanah, dan juga
digunakan saat terjadi pertarungan fisik dengan anoa yang lain untuk
memperlihatkan dominansi. Saat merasa bersemangat, Anoa Pegungungan akan
mengeluarkan suara “moo” yang singkat. Anoa pegunungan hidup secara
soliter atau secara berpasangan.
Makanan
dan Predator
Anoa
merupakan hewan herbivora. Makanannya terdiri
dari rumput atau dedaunan, selain itu ia juga makan jahe,
buah-buahan yang tumbuh di habitat mereka, sawit dan juga pakis.
Anoa tidak memiliki predator utama, walaupun saat ini yang
menjadi ancaman utamanya adalah manusia.
Reproduksi
Masa
kehamilan dari 276 hari sampai 315 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor,
kemampuan bereproduksi terjadi pada umur 2 tahun hingga 3 tahun. anoa bisa
bertahan hidup sekitar 20 tahun hingga 25 tahun. Saat dilahirkan, bayi
anoa bulunya berwarna cokelat keemasan atau kekuningan dan sangat tebal.
Warnanya perlahan akan berubah menjadi lebih gelap seiring dengan
perkembangannya.
Status
Konservasi
Sedikit
data yang bisa didapatkan mengenai jumlah populasi pasti dari Anoa Pegunungan.
Saat ini diperkirakan jumlah populasi dari seluruh Anoa Pegunungan sekitar 3000
hingga 5000 ekor. Populasinya menurun dari tahun 1900, hal ini diakibatkan oleh
berkurangnya habitat, perburuan dan penembakan yang dilakukan oleh
militer. Diperkirakan kurang dari 2.500 ekor individu dewasa. Populasi dari
anoa sudah sangat mengkhawatirkan, karena subpopulasinya yang berada pada area
hutan lindung seperti Taman Nasional Lore Lindu juga mengalami
penurunan jumlah populasi yang diakibatkan oleh tingginya perburuan. Ada tiga
area dimana jumlah populasi anoa menurun drastis, yaitu
di Gorontalo, Buol, dan kabupaten Tolitoli. Anoa Pegunungan
berada pada posisi Appendices I dari daftar CITES dan berada pada daftar Endangered pada data IUCN.
Kepentingan
Ekonomi
Anoa pegunungan biasanya
diburu untuk diambil kulit, daging dan tanduknya. Selain itu
pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian dan
pertambangan emas juga semakin mengancam habitat Anoa Pegunungan, karena ia
kehilangan habitatnya dan sumber makanannya, serta ia tidak dapat menyesuaikan
diri dengan keberadaan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar