Senin, 03 Februari 2014

TARSIUS

 Primata kecil ini sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia, meskipun satwa ini bukan monyet. Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi Indonesia. Yang paling dikenal adalah dua jenis yang terdapat di Indonesia yaitu Tarsius tarsier (Binatang Hantu / Kera Hantu) dan Tarsius pumilus (tarsius kerdil, krabuku kecil atau Pygmy tarsier). Kesemua jenis tarsius termasuk binatang langka dan dilindungi di Indonesia.
Nama Tarsius diambil berdasarkan ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar.
Tarsius memang layak disebut sebagai primata mungil karena hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205 milimeter.
Ciri-ciri fisik tarsius yang unik lainnya adalah ukuran matanya yang sangat besar. Ukuran mata tarsius lebih besar ketimbang ukuran otaknya. Ukuran matanya yang besar ini sangat bermanfaat bagi makhluk nokturnal (melakukan aktifitas pada malam hari) ini sehingga mampu melihat dengan tajam dalam kegelapan malam.
pygmy tarsierTarsius juga memiliki kepala yang unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri seperti burung hantu. Telinga satwa langka ini pun mampu digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Sebagai makhluk nokturnal, tarsius hanya beraktifitas pada sore hingga malam hari sedangkan siang hari lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik. Namun terkadang satwa yang dilindungi di Indonesia ini juga memangsa reptil kecil, burung, dan kelelawar.
Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, Siau, Sangihe dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung dan Hutan lindung Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Di sini wisatawan secara mudah dan teratur bisa menikmati satwa unik di dunia itu. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina (Pulau Bohol). Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “balao cengke” atau “tikus jongkok” jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia.
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon dengan lompatan hingga sejauh 3 meter. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Populasi satwa langka tarsius, primata terkecil di dunia yang hidup di hutan-hutan Sulawesi diperkirakan tersisa 1.800. Ini menurun drastis jika dibandingkan 10 tahun terakhir dimana jumlah satwa yang bernama latin Tarsius spectrum ini, masih berkisar 3.500 ekor. Bahkan untuk Tarsius pumilus, diduga amat langka karena jarang sekali diketemukan lagi.
Penurunan populasi tarsius dikarenakan rusaknya hutan sebagai habitat utama satwa langka ini. Selain itu tidak sedikit yang ditangkap masyarakat untuk dikonsumsi dalam pesta anak muda. Binatang yang dilindungi ini digunakan sebagai camilan saat meneguk minuman beralkohol cap tikus.
Satu lagi, bintang langka dan unik ini sangat sulit untuk dikembangbiakan di luar habitatnya. Bahkan jika ditempatkan dalam kurungan, tarsius akan melukai dirinya sendiri hingga mati karena stres.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primata; Famili: Tarsiidae; Genus: Tarsius; Spesies: Tarsius tarsier dan Tarsius pumilus
Nama binomial: Tarsius tarsier (Erxleben, 1777) atau Tarsius spectrum (Pallas, 1779) dan Tarsius pumilus atau Pygmy tarsier
Status konservasi: Hampir Terancam

KERA HITAM BERJAMBUL

Kera Hitam Sulawesi Endemik yang Berjambul

Kera Hitam Sulawesi merupakan jenis primata yang mulai langka dan terancam kepunahan. Kera Hitam Sulawesi yang dalam bahasa latin disebut Macaca nigra merupakan satwa endemik Sulawesi Utara.
Kera Hitam Sulawesi selain mempunyai bulu yang berwarna hitam juga mempunyai ciri yang unik dengan jambul di atas kepalanya. Kera yang oleh masyarakat setempat disebut Yaki ini semakin hari semakin langka dan terancam punah. Bahkan oleh IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).
Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra)
Kera Hitam Sulawesi sering juga disebut monyet berjambul. Dan oleh masyarakat setempat biasa dipanggil dengan Yaki, Bolai, Dihe. Dalam bahasa Inggris primata langka ini disebut dengan beberapa nama diantaranya Celebes Crested Macaque, Celebes Black ape, Celebes Black Macaque, Celebes Crested Macaque, Celebes Macaque, Crested Black Macaque, Gorontalo Macaque, Sulawesi Macaque. Dalam bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam Sulawesi dinamai Macaca nigra yang bersinonim dengan Macaca lembicus (Miller, 1931) Macaca malayanus (Desmoulins, 1824).
Ciri-ciri Kera Hitam Sulawesi. Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra) mempunyai ciri-ciri sekujur tubuh yang ditumbuhi bulu berwarna hitam kecuali pada daerah punggung dan selangkangan yang berwarna agak terang. Serta daerah seputar pantat yang berwarna kemerahan.
Pada kepala Kera Hitam Sulawesi (Yaki) memiliki jambul. Mukanya tidak berambut dan memiliki moncong yang agak menonjol. Panjang tubuh Kera Hitam Sulawesi dewasa berkisar antara 45 hingga 57 cm, beratnya sekitar 11-15 kg.
Habitat dan Tingkah Laku. Kera Hitam Sulawesi hidup secara berkelompok Besar kelompoknya terdiri antara 5-10 ekor. Kelompok yang besar biasanya terdiri atas beberapa pejantan dengan banyak betina dewasa dengan perbandingan satu pejantan berbanding 3 ekor betina.
Kera Hitam Sulawesi dalam kelompok
Kera Hitam Sulawesi dalam kelompok
Primata yang menyukai jenis–jenis pohon yang tinggi dan bercabang banyak. Sepertti Beringin (Ficus sp) dan Dao (Dracontomelon dao) ini merupakan hewan omnivora, mulai dari buah-buahan hingga serangga. Musuh utama Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra) ini sama seperti tarsius yaitu ular Phyon.Primata  ini banyak menghabiskan waktu di pohon.
Penyebaran Kera Hitam Sulawesi biasanya terfokus di hutan primer pada lokasi yang masih banyak jenis pohon berbuah yang biasa dimakan oleh satwa ini. Daya jelajahnya (home range) selalu menuju ke satu arah dan akan kembali kearah semula dengan daya jelajah antara 0,8–1 km.
Binatang langka ini dapat ditemui di Sulawesi Utara di  Taman Wisata Alam Batuputih, Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Gunung Duasudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale. Juga dibeberapa pulau seperti di pulau Pulau Manadotua and Pulau Talise, Pulau Lembeh (kemungkinan telah punah), termasuk di Pulau Bacan (Maluku).
Konservasi. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999. Populasi Kera Hitam Sulawesi berdasarkan data tahun 1998 diperkirakan kurang dari 100.000 ekor. Jumlah ini diyakini semakin mengalami penurunan. Penurunan popolasi ini sebagian besar diakibatkan oleh perburuan liar.
Karena jumlah populasinya yang semakin menurun, IUCN Redlist memasukkan Kera Hitam Sulawesi dalam daftar status konservasi Critically Endangered (kritis) sejak tahun 2008. Dan CITES juga memasukkan satwa endemik ini sebagai Apendix II.
Saya sendiri belum berkesempatan untuk melihat satwa endemik berjambul ini di habitat aslinya. Semoga saja keinginan saya untuk menyaksikan keunikan Yaki, Kera Hitam Sulawesi yang langka ini tidak didahului oleh kepunahannya.
Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primata; Famili: Cercopithecidae; Genus: Macaca;Spesies: Macaca nigra. Nama binomial Macaca nigra

Anoa..

Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri atas dua spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam binatang dengan status konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.
Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sering disebut sebagai Kerbau kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut sebagai Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines. Anoa yang menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi tenggara ini lebih sulit ditemukan dibandingkan anoa pegunungan.
Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis)
Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih gemuk dibandingkan saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuhnya sekitar 150 cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah panjangnya 40 cm. Sedangkan berat tubuh anoa dataran rendah mencapai 300 kg.
Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun yang matang secara seksual pada umur 2-3 tahun. Anoa betina melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan. Masa kehamilannya sendiri sekitar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.
Anoa dataran rendah hidup dihabitat mulai dari hutan pantai sampai dengan hutan dataran tinggi dengan ketinggian 1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan ditepi sungai atau danau mengingat satwa langka yang dilindungi ini selain membutuhkan air untuk minum juga gemar berendam ketika sinar matahari menyengat.
Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) sering disebut juga sebagai Mountain Anoa, Anoa de montagne, Anoa de Quarle, Berganoa, dan Anoa de montaƱa. Dalam bahasa latin anoa pegunungan disebut Bubalus quarlesi.
Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi)
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Panjang tubuhnya sekitar 122-153 cm dengan tinggi sekitar 75 cm. Panjang tanduk anoa pegunungan sekitar 27 cm dengan berat tubuh dewasa sekitar 150 kg. Anoa pegunungan berusia antara 20-25 tahun yang matang secara seksual saat berusia 2-3 tahun. Seperti anoa dataran rendah, anoa ini hanya melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan yang berkisar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.
Anoa pegunungan berhabitat di hutan dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3000 mdpl meskipun terkadang anoa jenis ini terlihat turun ke pantai untuk mencari garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolismenya.
Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Anoa sering berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu menjorok, dan dalam ruang di bawah akar pohon atau berkubang di lumpur dan kolam. Tanduk anoa digunakan untuk menyibak semak-semak atau menggali tanah Benjolan permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi, sedangkan pada saat perkelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan dalam upaya untuk melukai lawan. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara “moo”.
Populasi dan Konservasi. Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi maskot provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Redlist memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah).
Selain itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjual belikan. Pemerintah Indonesia juga memasukkan anoa sebagai salah satu satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Beberapa daerah yang masih terdapat satwa langka yang dilindungi ini antaranya adalah Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah).
Anoa sebenarnya tida mempunyai musuh (predator) alami. Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih disebabkan oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan pemukiman) dan perburuan yang dilakukan manusia untuk mengambil daging, kulit, dan tanduknya.
Pada tahun 2000, masyarakat Kabupaten Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA pernah mencoba untuk membuka penangkaran anoa. Tetapi usaha ini akhirnya gagal lantaran perilaku anoa yang cenderung tertutup dan mudah merasa terganggu oleh kehadiran manusia sehingga dari beberapa spesies yang ditangkarkan tidak satupun yang berhasil dikawinkan.
Tahun 2010 ini, Taman Nasional Lore-Lindu akan mencoba melakukan penangkaran satwa langka yang dilindungi ini. Semoga niat baik ini dapat terlaksana sehingga anoa datarn rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dapat lestari dan menjadi kebanggan seluruh bangsa Indonesia seperti halnya Panser Anoa buatan Pindad.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Mamalia, Ordo: Artiodactyla, Famili: Bovidae, Upafamili: Bovinae, Genus: Bubalus, Spesies: Bubalus quarlesi, Bubalus depressicornis. Nama binomial: Bubalus quarlesi (Ouwens, 1910). Bubalus depressicornis (H. Smith, 1827).

TAMAN NASIONAL LORE LINDU

Taman Nasional Lore Lindu



Danau Lindu w bird 2007.jpg
Danau Lindu lake in the national park
Peta memperlihatkan letak Taman Nasional Lore Lindu
Lore Lindu NP
Lokasi di Sulawesi
Letak Sulawesi, Indonesia
Kota terdekat Palu
Koordinat 1°31′LU 120°11′BTKoordinat: 1°31′LU 120°11′BT
Luas 2.180 km²[1]
Didirikan 1982
Pengunjung 2.000(tahun 2007[2])
Pihak pengelola Kementerian Kehutanan
Danau Lindu di dalam taman nasional
Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan taman nasional di Indonesia yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah dan salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Taman Nasional Lore Lindu terletak sekitar 60 kilometer selatan kota Palu dan terletak antara 119°90’ - 120°16’ di sebelah timur dan 1°8’ - 1°3’ di sebelah selatan.
Kalau dibandingkan dengan taman nasional lain di Indonesia, ukurannya sedang saja, Taman Nasional ini secara resmi meliputi kawasan 217.991.18 ha (sekitar 1.2% wilayah Sulawesi yang luasnya 189.000 km² atau 2.4% dari sisa hutan Sulawesi yakni 90.000 km²)dengan ketinggian bervariasi antara 200 sampai dengan 2.610 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional ini sebagian besar terdiri atas hutan pegunungan dan sub-pegunungan (±90%) dan sebagian kecil hutan dataran rendah (±10%).
Taman Nasional Lore Lindu memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam yang menarik karena terletak di garis Wallace yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia.
Taman Nasional Lore Lindu yang terletak di selatan kabupaten Donggala dan bagian barat kabupaten Poso menjadi daerah tangkapan air bagi 3 sungai besar di Sulawesi Tengah, yakni sungai Lariang, sungai Gumbasa dan sungai Palu.
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi. Anoa, babirusa, rusa, kera hantu (Tangkasi), kera kakaktonkea, kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang Sulawesi hidup di taman ini. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki paling sedikit 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya, termasuk jenis endemik.
Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 jenis enggang Sulawesi yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi. Burung enggang benbuncak juga disebut rangkong atau burung allo menjadi penghuni Taman Nasional Lore Lindu.
Ribuan serangga aneh dan cantik dapat dilihat di sekitar taman ini. Layak diamati adalah kupu-kupu berwarna mencolok yang terbang di sekitar taman maupun sepanjang jalan setapak dan aliran sungai.
Patung-patung megalit yang usianya mencapai ratusan bahkan ribuan tahun tersebar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu seperti Lembah Napu, Besoa dan Bada. Patung-patung ini sebagai monumen batu terbaik di antara patung-patung sejenis di Indonesia. Ada 5 klasifikasi patung berdasarkan bentuknya:
  1. Patung-patung batu: patung-patung ini biasanya memiliki ciri manusia, tetapi hanya kepala, bahu dan kelamin.
  2. Kalamba: ini adalah bentuk megalit yang banyak ditemukan dan menyerupai jambangan besar. Mungkin ini adalah tempat persediaan air, atau juga tempat menaruh mayat pada upacara penguburan.
  3. Tutu'na: ini adalah piringan-piringan dari batu, kemungkinan besar penutup kalamba.
  4. Batu Dakon: batu-batu berbentuk rata sampai cembung yang menggambarkan saluran-saluran, lubang-lubang tidak teratur dan lekukan-lekukan lain.
  5. Lain-lain: mortar batu, tiang penyangga rumah dan beberapa bentuk lain juga ditemukan.

Sejarah dan Status

  • Suaka Margasatwa Lore Kalamanta. 1973
  • Status Biosfer. 1977
  • Hutan Wisata/Hutan Lindung Danau Lindu . 1978.
  • Suaka Margasatwa Lore Lindu (Perluasan Lore Kalamanta). 1981
  • Pemerintah Indonesia menyatakan Lore Lindu sebagai Taman Nasional dalam Konggres Dunia mengenai Taman Nasional. 1982
  • Dinyatakan sebagai Pusat Keanekaragaman Tanaman. 1994
  • Status Taman Nasional akhirnya diresmikan pada tahun 1993.
  • Dinyatakan sebagai bagian dari Kawasan Burung Endemik. 1998
  • Dinyatakan sebagai Kawasan Ekologi Global 200. 1998
  • Perluasan Barat Laut.

Hutan Wisata Danau Lindu

Hutan Wisata Danau Lindu termasuk dalam kategori wilayah Enclave Lindu dan termasuk bagian dari wilayah kecamatan Kulawi yang secara Geografis terletak di dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, oleh karena itu semua desa di wilayah ini berbatasan langsung dengan TNLL.

BURUNG ELANG BONDOL





Burung Elang Bondol (Haliastur Indus), populasi habitatnya selain di Sulawesi, juga tersebar di seluruh Indonesia, kecuali di Jawa dan Bali jarang ditemui. Populasi habitatnya sekitar pantai dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai.

Ciri-cirinya berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Burung dewasa: kepala, leher, dan dada putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, kontras dengan bulu utama yang hitam. Burung Remaja, tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga.

Makanan utamanya bervariasi, diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan, memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Berkembang biak dengan cara bertelur 2-4 butir, dan dierami selama 28-35 hari dengan membuat sarang dari susunan patahan batang, ranting, rumput, daun dan sampah, di atas bangunan atau cabang pohon yang tersembunyi dengan ketinggian 6-50 meter dari permukaan tanah. Bila bersarang di hutan mangrove, ketinggian sarang hanya sekitar 2-8 meter.
Anak burung Elang Bondol mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang sekitar umur 40-56 hari dan menjadi dewasa hidup mandiri dua bulan kemudian.

BURUNG MADU SANGIHE




 BURUNG MADU SANGIHE
Burung Madu Sangihe (Aethopyga Duyvenbodei) atau Sanghir Sunbird (Elegant Sunbird). merupakan satwa burung langka endemik Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Burung ini termasuk satu diantara burung langka Indonesia yang berstatus endangered (terancam punah), dan karena persebarannya yang terbatas di Kepulauan Sangihe dan beberapa pulau sekitarnya, burung pemakan madu ini pernah dianggap sebagai burung paling langka di kawasan Wallacea (Indonesia bagian tengah).

Karena populasi yang semakin menurun jumlahnya dan daerah sebaran burung ini yang terbatas dan jumlah populasinya yang semakin menurun, maka IUCN Redlist menetapkan Burung Madu Sangihe (Elegant Sunbird) dalam status konservasi endangered (terancam punah). Oleh Pemerintah Indonesia, burung ini juga termasuk dalam burung yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.

Ciri-cirinya berukuran kecil sekitar 12 cm. Burung jantan memiliki bulu bagian kepala atas berwarna hijau metalik dan biru, sekitar telinga berwarna ungu kebiruan sedangkan bagian punggung berwarna kekuningan, dan tunggir dan tenggorokan kuning. Burung betina bagian atasnya berwarna zaitun kekuningan, sedangkan bagian tunggir, tenggorokan, dan bagian bawah berwarna kuning. Paruhnya relatif panjang dan melengkung. Ukurannya yang kecil dan gerakannya gesit sehingga terkadang sulit diamati. Burung ini sering kali di dapati sendiri atau hidup berpasangan. Terkadang juga dalam kelompok-kelompok kecil. Suara burung ini belum terdiskripsikan dengan pasti tapi cenderung tinggi.
Makanan utamanya adalah madu, namun selain madu burung ini juga makan serangga dan laba-laba.

BURUNG KACAMATA SANGIHE





Burung Kacamata Sangihe (Zosterops nehrkorni) atau Sangihe White Eye adalah satwa burung langka endemik Pulau Sangihe – Sulawesi Utara, yang dikategorikan terancam punah oleh IUCN Redlist dengan status konservasi ‘ktitis’ (Critically Endangered), yaitu status tingkat keterancaman kepunahan tertinggi, karena diperkirakan jumlah populasi burung ini kurang dari 50 ekor burung dewasa. Burung ini merupakan salah satu jenis dari sekitar 22an jenis burung kacamata (pleci) yang terdapat di Indonesia.

Ciri-cirinya berukuran kecil sekitar 12 cm. Berwarna hijau zaitun pada bagian atas tubuh, dengan tunggir warna kuninghijau mencolok. Paruh dan kaki berwarna jingga kepucatan.Ekor berwarna hijauhitam gelap. Dahi berwarna hitam. lingkar mata berwarna putih agak lebar. Pipi, tenggorokan dan penutup ekor bawah berwarna kuning cerah. bagian bawah lainnya berwarna putihmutiara dengan sisi tubuh abuabu. Burung ini memiliki suara siulan tipis dam halus dengan nada irama yang cepat.
Makanan utama adalah serangga dan aneka buah.

BURUNG KAKAK TUA JAMBUL KUNING



 BURUNG KAKAKTUA KECIL JAMBUL KUNING
Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea) adalah burung yang tersebar di Sulawesi, berukuran sedang dari marga cacatua, dengan ukuran panjang sekitar 35cm.

Ciri-cirinya adalah hampir semua bulunya berwarna putih, dan terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan di kepalanya. Paruhnya berwarna hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu untuk terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Ciri burung kakaktua betina serupa dengan burung jantan. Bersarang dan bertelur di lubang-lubang pohon hutan primer atau sekunder, dengan jumlah telur dua sampai tiga butir.

Selain di Sulawesi , burung ini juga ditemukan di di kepulauan Sunda Kecil, Bali, Timor Barat dan Negara Timor Leste, dimana terdapat hutan-hutan primer dan sekunder.
Makanan utamanya adalah biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan.

BURUNG GAGAK BANGGAI




Gagak Banggai (Corvus Unicolor) atau Banggai Crow adalah burung endemik Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah yang sangat langka dan termasuk dalam daftar 18 burung paling langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (kritis), bahkan pernah dianggap sudah punah. Populasi habitatnya adalah hutan dengan ketinggian hingga 900 meter dari permukaan laut (dpl)

Burung ini diketahui dari dua spesimen yang ditemukan antara tahun 1884-1885 dari salah satu pulau di kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Setelah penemuan itu Gagak Banggai tidak pernah lagi dijumpai hingga pada tahun 2008 seorang ornitologis (ahli burung) Indonesia yang bernama Muhammad Indrawan berhasil memotret dan mendapatkan foto dua spesies Gagak Banggai di pulau Peleng, pulau dengan luas 2.340km2 , salah satu pulau di kepulauan Banggai. Populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 30-200 ekor.

Ciri-cirinya adalah ukuran panjang tubuh sekitar 39 cm dan bulunya yang hitam. Iris mata berwarna lebih gelap dibandingkan gagak hutan, ekornya juga lebih pendek dibandingkan ekor gagak hutan. Suaranya tinggi dengan nada yang lebih cepat bila dibandingkan suara gagak hutan.

BURUNG MALEO ENDEMIK SULAWESI TENGAH



BURUNG MALEO
Burung Maleo atau Maleo Senkawor (Macrocephalon Maleo) adalah termasuk satwa burung langka yang dilindungi pemerintah Indonesia, yang populasi endemiknya hanya ditemukan di hutan tropis pulau Sulawesi, terutama di Sulawesi Tengah, lebih khusus lagi sekitar Kabupaten Banggai dan Kabupaten Sigi.

Berdasarkan dari tingginya tingkat susutnya habitat hutan yang terus berlanjut, tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus menyusut serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Burung Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendice I.

Maleo adalah monogami spesies, dan makanan utamanya adalah aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

Ciri-ciri burung Maleo adalah : berukuran sedang, panjang sekitar 55 cm. Bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Ciri Maleo Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.

Yang unik dari burung Maleo adalah, ukuran telurnya yang besar sekitar 11 cm (8 kali lebih besar dari ukuran telur ayam), dan memiliki berat 240gram hingga 270gram perbutir. Anak burung Maleo sudah bisa terbang saat baru menetas dari telurnya. Burung Maleo berkembang biak dengan cara mengeram telut-telurnya dalam timbunan pasir, umumnya sering ditemui di sepanjang pesisir pantai Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah.


FAUNA ENDEMIK SULAWESI TENGAH


Ada begitu banyak satwa endemik yang terdapat di Pulau Sulawesi. Nah... sekarang kawan-kawan saya ajak untuk berkenalan dengan beberapa satwa endemik yang berada di Pulau Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah :

  • Anoa

Anoa adalah satwa endemik yang paling tekenal di kepulauan Sulawesi. Ada dua spesies anoa yaitu Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Keduanya tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Penampilan mereka mirip dengan sapi sehingga sering juga disebut dengan sapi hutan. Anoa dewasa memiliki berat 150-300 kg. Anak anoa akan dilahirkan sekali dalam setahun. Namun sekarang hewan ini terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup dihutan sepanjang pulau sulawesi. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.

  • Maleo

Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang. Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi khususnya daerah Sulawesi Tengah, yakni di daearah Kabupaten Donggala (Desa Pakuli dan sekitarnya) dan Kabupaten Luwuk Banggai. Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Tanjung Matop,Tolitoli,Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga.

  • Elang Sulawesi


Tercatat ada 32 spesies Elang yang terdistribusi di Pulau Sulawesi dimana 6 spesies diantaranya masuk dalam katagori endemik. Elang Sulawesi (Sulawesi Hawk Eagle) merupakan salah satu elang endemik sulawesi yang terdistribusi di hutan hujan Sulawesi dan pulau-pulau satelitnya antara lain Muna,Buton, Kepulauan Sula dan kepulauan banggai. Makanan utamanya adalah Burung, kadal, ular dan mamalia kecil seperti tikus.Berukuran sedang sekitar 64 cm dari kepala sampai ekor, elang dewasa berwarna coklat karat, terdapat garis yang jelas di kepala dan dada, sayap berwarna coklat gelap dan putih bergaris hitam di bagian bawah sayap, elang muda mempunyai kepala berwarna putih, termasuk dalam famili accipitidae.

Diperkirakan populasinya 5000-10.000 individu (Ferguson-Lees et al. 2001) dan masuk kategori Terancam punah menurut IUCN dan dalam CITES dikategorikan dalam appendix II. Data populasi terkini masih belum diupdate lagi dan kemungkinan besar sudah sangat turun populasinya karena banyaknya degradasi habitat yang terjadi di Sulawesi. Elang dapat menunjukkan sehatnya suatu habitat dan ekosistem hutan serta mengindikasikan adanya nilai penting keanekaragaman hayati di dalamnya dan meduduki nilai penting dalam rantai makanan yaitu sebagai predator teratas. Sulawesi merupakan daerah yang menjadi habitat elang-elang endemik (khas). Di pulau Sulawesi hidup sekurangnya 60 persen dari 381 spesies burung-burung endemik yang ada di Indonesia. Di antaranya terdapat enam jenis elang endemik, yakni elang alap sulawesi (Accipiter griseiceps), elang ular mahenggo (Spilornis rufipectus), elang alap ekor putih (Accipiter trinotatus), elang alap kecil (Accipiter nanus), elang alap kecil sulawesi (Accipiter rhodogester), dan elang sulawesi (Spizaetus lanceolatus). Namun demikian perhatian terhadap biodiversitas Sulawesi terutama burung saat ini masih sangat kurang.

  • Tarsius

Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu) adalah suatu jenis primata kecil. Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.

Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.

Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar Sulawesi. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina. Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.

  • MonyetBoti (Macaca tonkeana)

Fauna endemic dan terkenal lainnya dari Sulawesi Tengah adalah Monyet hitam Sulawesi (macaca tonkeana).  Habitat Macaca tonkeana hampir sama dengan Monyet Hitam Sulawesi lain yaitu hidup pada hutan dataran rendah dan hutan sekunder.   Spesies monyet ini berada antara dari utara Palu sampai dengan Tana-Toradja sebelah selatan Taman Nasional dan mencakup seluruh semenanjung sebelah timur.

Uniknya banyak jenis monyet marga Macaca di Sulawesi dibanding dengan keseluruhan monyet di Asia. Padahal Luas pulau Sulawesi hanya 2% dari luas penyebaran jenis-jenis marga Macaca, namun jenis yang terdapat melebihi 25% dari keanekaragaman dari marga (Albrecht, 1978).

Taksonomi monyet Sulawesi sampai saat ini masih sangat membingungkan. Fooden (1969) mendeskripsi ada 7 jenis monyet Sulawesi (M. maura di Sulawesi Selatan, M. tonkeana di Sulawesi Tengah, M. hecki di Sulawesi tengah-utara, M. nigrescens di dekat Gorontalo-Kotamubagu, M. nigra di Sulawesi Utara, M. ochreata di Sulawesi tenggara dan M. brunnescens di pulau Muna dan Buton) yang merupakan hasil revisi dari yang telah diusulkan oleh Napier dan Napier {1967).

Khusus Macaca Tonkeana beberapa tahun yang lalu masih kerap ditemui di pinggiran hutan di sepanjang jalan trans Sulawesi diantaranya di ruas jalan kebun kopi,  di Donggala bahkan sering terlihat di bukit Bale di Banawa serta di Bukit Lapaloang hingga ke pinggiran kampung di pesisir Banawa dan pingiran Kota Donggala, saat inipun masih sering terlihat meski tidak sebanyak dahulu.

  • Babi Rusa/Babi Hutan

Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.

Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.

Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun.

Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.

Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa di atas tanah seluas 800 hektar

  • Burung Allo/Rangkong Sulawesi

 

Salah satu Flora khas sulawesi yang sangat terkenal adalah burung allo atau dalam nama Indonesia disebut Rangkong sulawesi, hewan ini merupakan salah satu burung endemik Sulawesi. Allo merupakan salah satu dari enam spesies kunci yang penting bagi indikator kelestarian Taman Nasional Lore Lindu. Dari 54 jenis yang ada di dunia terdapat 14 jenis burung rangkong tersebar di Di Indonesia , dan terdapat  3 jenis endemik Indonesia. Tiga jenis yang endemik Indonesia itu ialah Penelopides exarhatus (Kangkareng Sulawesi) dan Aceros Cassidix (Julang Sulawesi) keduanya hanya ada di Sulawesi, serta Aceros averitti (Julang Sumba) hanya ada di Sumba. Semua jenis Rangkong di Indonesia dilindungi oleh undang-undang dan terancam kepunahan akibat berbagai faktor.

Di Sulawesi Tengah Taman Nasional Lore Lindu merupakan rumah yang sangat aman bagi spesies ini, Saat ini diperkirakan masih terdapat ribuan ekor burung rangkong yang menghuni Taman nasional Lore Lindu.

sumber : Dirangkum dari berbagai sumber

gambar : Google

BURUNG CUCAK RAWA

Burung Cucak Rawa yaitu sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung ini juga di kenal umum sbg cucak rawa, cangkurawah (Sunda), serta barau-barau (Melayu), cucak rowo (Jawa). Di dalam bhs Inggris disebut dengan Straw-headed Bulbul, merujuk pd warna kepalanya yang berwarna kuning-jerami pucat. Cucak Rawa memiliki nama ilmiah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789).
Burung Cucak Rawa
Burung Cucak Rawa

Ciri-ciri dan Karakteristik Cucak Rawa

Memiliki ukuran besar (28 cm), berkepala pucat dengan kumis berwarna hitam yang mencolok. Mahkota serta penutup telinga berwarna jingga jerami, punggung berwarna coklat zaitun serta bercoret putih. Sayap serta ekor berwarna coklat kehijauan, dagu serta tenggorokan berwarna putih. Dada abu-abu bercoret putih, perut berwarna abu-abu, tungging kuning. Iris kemerahan, paruh berwarna hitam, dan kaki berwarna coklat gelap.

Persebaran Cucak Rawa

Seperti namanya, burung cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya serta rawa-rawa di sekitaran sungai, atau di pinggir hutan. Kerap bersembunyi dibalik dedaunan serta cuma terdengar suaranya yang khas.
Suara lebih berat serta lebih keras dari kebanyakan cucak serta merbah. Siulan jernih, jelas, memiliki irama baku yang merdu. Sering kali terdengar saling bersahutan.
Di alam bebas, burung ini memangsa bermacam serangga, siput air, serta beragam buah-buahan yang lunak seperti buah beberapa jenis beringin.
Menyebar di dataran rendah serta perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (terhitung Nias), Kalimantan, serta Jawa sisi barat. Di Jawa Barat ada hingga ketinggian 800 m dpl., tetapi saat ini dikira punah di karenakan perburuan.

Status Konservasi Cucak Rawa

Cucak Rawa merupakan burung yang amat digemari orang sbg burung peliharaan, di karenakan kicauannya yang merdu. Di Jawa, burung ini telah amat jauh berkurang populasinya di karenakan perburuan yang ramai dari th. ’80an.
Burung-burung yang dijual belikan di Jawa umumnya didatangkan dari Sumatra serta Kalimantan. Saat ini di banyak dari bagian Pulau Sumatra (contohnya di Jambi, di sepanjang Batang Bungo) kini populasinya terus menyurut. Collar dkk. (1994, dlm MacKinnon dkk. 2000) telah menggolongkan populasi cucak rawa ke dlm status rentan atau Terancam Punah.
Bila tak ada langkah penyelamatan yang tambah baik dari saat ini, mungkin satu tahun lebih ke depan burung ini cuma tinggal kenangan ; tinggal disebut-sebut dlm nyanyian seperti dlm lagu Manuk Cucakrowo di Jawa.

Klasifikasi Cucak Rawa

Status konservasi
Rentan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Pycnonotidae
Genus: Pycnonotus
Spesies: P. zeylanicus
Nama binomial
Pycnonotus zeylanicus
(Gmelin, 1789)

BURUNG SIKATAN EMAS

Burung Sikatan emas merupakan salah satu spesies burung dari marga Muscicapidae, dari genus Ficedula. Burung ini adalah type burung pemakan seranga serta mempunyai habitat di semak, pohon-pohon. menyebar hingga ketinggian 900 m dpl. Sikatan Emas memiliki nama latin Ficedula zanthopygia.
Burung Sikatan Emas

Ciri-ciri Sikatan Emas

Ciri-ciri dari burung Sikatan Emas ini sangat mudah di kenali, dimana burung ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil (sekitar 13cm).
Sikatan Emas Jantan : tunggir, tenggorokan, dada, serta perut atas kuning. Perut bagian bawah serta penutup ekor bawah berwarna putih. Sisi lain hitam, kecuali alis serta garis sayap berwarna putih
Sikatan Emas Betina : Tubuh bagian atasnya berwarna coklat buram. Tubuh sisi bawah lebih pucat. Tunggir kuning buram. Iris coklat, paruh hitam, dan kaki hitam. Bersembunyi didalam tajuk pohon. Seringkali terdengar dari pada kelihatan.
Burung ini tersebar di :
  • Berbiak: Asia timur laut.
  • Migran: Cina selatan, Asia tenggara, dan Sunda Besar.


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Muscicapidae
Genus: Ficedula
Spesies: F. zanthopygia
Nama binomial
Ficedula zanthopygia

Berkas:FicedulaZanthopygiaMap.svg
Area penyebaran (biru)
Sinonim
Xanthopygia tricolor (Hartlaub, 1845)
Muscicapa zanthopygia Hay, 1845
Ciri-ciri dari burung Sikatan Emas ini sangat mudah di kenali, dimana burung ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil (sekitar 13cm).
Sikatan Emas Jantan : tunggir, tenggorokan, dada, serta perut atas kuning. Perut bagian bawah serta penutup ekor bawah berwarna putih. Sisi lain hitam, kecuali alis serta garis sayap berwarna putih.
Sikatan Emas Betina : Tubuh bagian atasnya berwarna coklat buram. Tubuh sisi bawah lebih pucat. Tunggir kuning buram. Iris coklat, paruh hitam, dan kaki hitam. Bersembunyi didalam tajuk pohon. Seringkali terdengar dari pada kelihatan.

HAMSTER

Hamster adalah hewan pengerat. Hewan peliharaan yang lucu dan imut. Hamster mempunyai badan gemuk, ekornya lebih pendek dibandingkan badannya serta mempunyai telinga berbulu, dan juga memiliki kaki yang agak lebar. Bulu Hamster panjang dan tebal, dan memiliki berbagai macam warna tergantung dari spesies Hamster tertentu. Tubuh Hamster bagian bawah berwarna putih, ada pula yang berwarna abu-abu dan juga hitam.
Ciri-ciri Hamster
Ciri-ciri Hamster
Dalam membangun rumah, Hamster pada umumnya membangun sarangnya di kawasan tapal batas padang pasir, padang rumput atau savana, bukit pasir bervegetasi, bukit yang ada di kaki gunung, atau di dataran rendah bersemak-semak serta berbatu. Beberapa Hamster juga ada yang membangun sarang di lokasi ladang tanam. Tempat dan tanah yang mereka pilih adalah tanah yang tidak keras dan tidak juga terlalu lembek supaya terowongan yang sudah mereka buat bisa tetap berdiri kokoh. Fungsi dari lorong yang mereka bangun adalah sebagai sarang, dan juga sebagai tempat untuk berkembang biak.

Jenis-jenis Hamster

Hamster memiliki lebih dari 18 jenis yang tersebar di berbagai negara. Namun karena Hamster merupakan hewan hias, sehingga Hamster yang lebih dikenal oleh orang adalah Hamster hias saja. Misalnya:
  • Hamster Dzhungaria yang  lebih dikenal dengan nama Hamster Winter White, ada juga Hamster Bergaris Tiongkok.
  • Kemudian Hamster kerdil Padang Pasir yang merupakan Hamster terkecil, yang mempunyai panjang tubuh 5 s/d 10 saja
  • Ada pula Hamster terbesar yaitu Hamster Eropa, yang mempunyai panjang tubuh kurang kebih 34 cm.

Penyebaran Hamster

Penyebaran Hamster
Penyebaran Hamster
Penyebaran dari Hamster ini ada berbagai negara yaitu dari utara Eropa tengah sampai dengan Siberia, kemudian Mongolia, dan juga Tiongkok utara bahkan sampai Korea. Penyebatan Hamster di bagian selatan meliputi Suriah sampai dengan Pakistan. Sebaran geografi Hamster ini menggambarkan sebuah kelompok Hamster dengan spesies tertentu, misalnya Hamster Eropa akan di dapati di kawasan Eropa tengah, Siberia barat dan juga Tiongkok bagian barat laut. Kemudian Hamster Siria yang lebih dikenal dengan Hamster Emas hanya akan ditemukan di sebuah kota kecil yang terletak di Suriah bagian barat laut..

JALAK BALI

Jalak Bali memiliki nama latin Leucopsar Rothschildi, yaitu sejenis burung pengicau yang memiliki ukuran sedang, dengan panjang kurang lebih 25cm, dari suku sturnidae. Ia turut dikenali sebagai curik dari pada jalak. Jalak bali mempunyai tanda-tanda spesial, diantaranya mempunyai bulu yang putih di semua tubuhnya jika pada ujung ekor serta sayapnya yang berwarna hitam. Sisi pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah serta kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan serta betina sama.
Burung Jalak Bali, Ciri-ciri dan Klasifikasi Ilmiah Jalak Bali

Endemik indonesia, jalak bali cuma ditemukan di hutan pada bagian barat pulau Bali. Burung Jalak Bali ini merupakan satu-satunya spesies endemik yang ada di bali serta pada th. 1991 dinobatkan sebagai simbol fauna provinsi bali. Keberadaan hewan/burung endemik ini dilindungi oleh undang-undang.
Burung jalak bali ditemukan pertama kalinya pada th. 1910. Nama ilmiah jalak bali diberi nama menurut ahli hewan yang memiliki kebangsaan inggris, walter rothschild, sebagai orang pertama yang mana telah mendeskripsikan spesies ini ke dunia ilmu pengetahuan pada th. 1912.Dikarenakan tampilannya yang indah serta elok, jalak bali menjadi diantara burung yang sangat diminati oleh beberapa kolektor serta pemelihara burung. Penangkapan secara liar, hilangnya habitat hutan asli, dan tempat burung ini ditemukan amat terbatas mengakibatkan populasi burung ini cepat berkurang serta terancam punah dalam kurun waktu yang singkat. Untuk menghindarkan perihal ini sampai berlangsung, beberapa besar kebun binatang di semua dunia menggerakkan program penangkaran jalak bali.

Ciri-ciri dan Karakteristik Jalak Bali

Jalak bali mempunyai fisik yang amat unik. Ukuran tubuhnya termasuk dalam kategori sedang berkisaran antara 22 hinggan 26 cm waktu dewasa. Mempunyai bulu putih di semua tubuhnya, jika pada ujung ekor serta sayapnya berwarna hitam. Mata berwarna cokelat tua, area di sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan berwarna biru tua. Sisi bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, memiliki warna biru cerah serta kaki yang berwarna keabu-abuan. Namun di bagian belakang kepala ada bulu surai yang berwarna putih. Jalak bali memiliki kaki berwarna abu-abu dengan 4 jari jemari ( 1 ke belakang serta 3 ke depan ). Paruh runcing dengan panjang antara 2 – 5 cm, dengan wujud yang khas di mana di bagian atasnya ada peninggian yang memipih tegak. Warna abu-abu agak kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecokelat-cokelatan. Sukar membedakan ukuran badan burung jalak bali jantan dengan betina, tetapi secara umum yang jantan agak semakin besar serta mempunyai kuncir yang lebih panjang. Jalak bali adalah type burung omnivora.

Klasifikasi Ilmiah Jalak Bali

Klasifikasi Burung Jalak Bali
Jalak Bali di Kebun Binatang Brookfield


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Sturnidae
Genus: Leucopsar
Stresemann, 1912
Spesies: L. rothschildi


Makanan Jalak Bali

Di alam liar jalak bali punya kebiasaan mengonsumsi buah-buahan hutan, ulat serta serangga yang ada melimpah. Untuk area tinggal, jalak bali biasa melacak lubang dipohon untuk berlindung serta bertelur. Mereka dapat memasuki periode kawin pada bln. September-maret yang ditandai dengan berpasangan burung jantan serta betina. Periode bertelur berlangsung pada bln. Januari-maret. Jumlah telur yang dihasilkan sejumlah 2-4 butir dengan warna hijau kebiruan berdiameter rata-rata 3 cm. Jalak bali terhitung mempunyai presentase penetasan yang rendah dikarenakan cuma satu atau dua butir saja yang menetas. Perihal tersebut adalah di antara pemicu susahnya mengembangkan populasi jalak bali.

Sabtu, 01 Februari 2014

Cara menjadi Pribadi yang disukai orang


1. Tulus

Sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai, karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Hal ini penting agar ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
2. Rendah hati

Perlu diketahui semuanya bahwa rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang di atasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.
3.  Setia

Sifat ini sekarang semakin langka, karena itu harganya begitu mahal. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janjinya, mempunyai komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
4.  Bersikap positif

Mereka yang memiliki sikap postif selalu berupaya melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keputusasaan, lebihsuka mencari solusi. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam.
5. Bertanggung  jawab

Mereka yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Bila melakukan kesalahan, berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, tidak mencari kambing hitam.Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
6.  Percaya diri

Menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Karena dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
7.  Berjiwa besar
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan

Hutan yang Ada di Indonesia



Flora di Indonesia tidak sama dengan negara lain. Begitu juga flora di salah satu daerah di Indonesia, tentu tidak sama dengan daerah lainnya. Flora di Indonesia sangat bervariasi dan selalu hijau sepanjang tahun. Inilah kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan hayati yang melimpah :D. Banyak di antara flora Indonesia yang tergabung dalam suatu hutan. Berikut 5 jenis hutan yang ada di Indonesia.

a. Hutan Bakau
Hutan Bakau
Hutan Bakau
Hutan bakau tumbuh di pantai-pantai landai dan berlumpur yang terkena pasang surut. Hutan bakau sangat penting karena menjadi tempat bagi berbagai jenis ikan dan udang. Hutan bakau juga dapat melindungi daratan dari pengaruh abrasi dan dapat menjadi penampung banjir dari pedalaman daratan. Hutan bakau dapat ditemui di Pantai Papua, Sumatra bagian timur, dan sepanjang pesisir Kalimantan.
b. Hutan Rawa
Hutan rawa meliputi daerah rawa-rawa dengan berbagai jenis tumbuhan seperti beluntas, pandan, dan ketapang. Jenis hutan ini banyak terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Hutan rawa
c. Sabana
Sabana adalah padang rumput yang diselingi pepohonan dan banyak terdapat semak belukar. Sabana umumnya dijumpai di Nusa Tenggara.
Sabana
d. Hutan Musim
Hutan ini dinamai hutan musim karena memiliki perbedaan kondisi pada musim hujan dan kemarau yang cukup mencolok. Tumbuhan yang ada di hutan musim pada musim kewarau biasanya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh lebat kembali. Tumbuhan yang mengalami peristiwa ini di antaranya pohon jati dan pohon kapok. Hutan ini biasanya terdapat di daerah bertemperatur tinggi. Hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, sampai Nusa Tenggara.
Hutan Jati
e. Hutan Hujan Tropis
Ini adalah jenis hutan yang paling terkenal di Indonesia yang negara tropis ini. Kepulauan Indonesia yang beriklim tropis banyak memperoleh sinar matahari, memiliki curah hujan yang tinggi, dan temperatur rata-rata tinggi. Oleh karena itulah tumbuhan dari berbagai macam jenis dapat tumbuh dengan mudah di daratan Indonesia dan membentuk hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki keragaman hayati yang melimpah, dan menjadikannya paru-paru dunia yang utama (dunia berutang pada Indonesia karena hal ini) sekaligus tempat hidup berbagai spesies hewan dan tumbuhan.
Hutan hujan tropis

HUTAN DAN MANFAATNYA



Hutan mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah satu jasa hutan adalah mengambil karbon dioksida dari udara dan menggantimya dengan oksigen yang diperlukan makhluk lain. Maka hutan disebut paru-paru dunia. Jadi, jika terlalu banyak hutan yang rusak, tidak akan ada cukup oksigen untuk pernapasan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan
I.            Jenis-Jenis Hutan di Indonesia
A.    Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Iklim :
1.      Hutan Hujan Tropika, adalah hutan yang terdapat didaerah tropis dengan curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya akan flora dan fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuh-tumbuhan sangat tinggi. Luas hutan hujan tropika di Indonesia lebih kurang 66 juta hektar Hutan hujan tropika berfungsi sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
2.      Hutan Monsun, disebut juga hutan musim. Hutan monsun tumbuh didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi, tetapi mempunyai musim kemarau yang panjang. Pada musim kemarau, tumbuhan di hutan monsun biasanya menggugurkan daunnya. Hutan monsun biasanya mempunyai tumbuhan sejenis, misalnya hutan jati, hutan bambu, dan hutan kapuk. Hutan monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
B.     Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Variasi Iklim, Jenis Tanah, dan Bentang Alam :
1.      Kelompok Hutan Tropika :
a.       Hutan Hujan Pegunungan Tinggi
b.      Hutan Hujan Pegunungan Rendah
c.       Hutan Tropika Dataran Rendah
d.      Hutan Subalpin
e.       Hutan Pantai
f.       Hutan Mangrove
g.      Hutan Rawa
h.      Hutan Kerangas
i.        Hutan Batu Kapur
j.        Hutan pada batu Ultra Basik
2.      Kelompok Hutan Monsun
a.       Hutan Monsun Gugur Daun
b.      Hutan Monsun yang Selalu Hijau (Evergren)
c.       Sabana
C.     Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Terbentuknya
1.      Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia.
2.      Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia.
D.    Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Statusnya
1.      Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
2.      Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak guna bangunan (HGB).
3.      Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
E.     Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanamannya
1.      Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75 % ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya: hutan jati, hutan bambu, dan hutan pinus.
2.      Hutan Heterogen(Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-macam jenis tumbuhan.
F.      Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Fungsinya
1.      Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2.      Hutan Konservasi.
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri atas :
a.       Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru.
b.      Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman wisata alam.
3.      Hutan Produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang dapat dikonversikan (HPK).


II.            Hasil-hasil hutan Indonesia dan Pemanfaatannya
Hutan di Indonesia memiliki tumbuhan yang beraneka ragam, terutama yang berbentuk pohon. Secara keseluruhan, di Indonesia terdapat + 40.000 jenis tumbuhan, 25.000 – 30.000jenis di antaranya adalah tumbuhan berbunga, yang merupakan 10 % dari seluruh tumbuhan berbunga di dunia. Kekayaan hutan yang melimpah ruah tersebut meberikan manfaat kepada penduduk Indonesiamaupun bangsa lain.
Beberapa contoh hasil hutan kayu :
1.      Kayu Agathis (Agathis alba)
2.      Kayu Bakau atau Mangrove (Rhizophora mucronata)
3.      Kayu Bangkirai (Hopea mengerawan)
4.      Kayu Benuang (Octomeles sumatrana)
5.      Kayu Duabanga (Duabanga moluccana)
6.      Kayu Jelutung (Dyera costulata)
7.      Kayu Kapur (Dryobalanops fusca)
8.      Kayu Kruing (Dipterocarpus indicus)
9.      Kayu Meranti (Shorea sp)
10.  Kayu Nyatoh (Palaquium javense)
11.  Kayu Ramjin (Gonystylus bancanus)
12.  Kayu Jati (Tectona grandis)
13.  Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
14.  Kayu Sengon (Albizzia chinensis) dan lain sebagainya.

Beberapa contoh Hasil Hutan Non kayu :
1.      Rotan
2.      Damar
3.      Kapur Barus
4.      Kemenyan
5.      Gambir
6.      Kopal
7.      Kulit pohon Bakau
8.      Gondorukem
9.      Terpentin
10.  Bambu
11.  Sutra Alam
12.  Minyak Kayu Putih
13.  Madu

III.            Pengolahan Hasil Hutan
Hal yang berkaitan dengan hasil hutan adalah kegiatan pengolahan hasil hutan, antara lain berupa industri penggergajian kayu. Industri penggergajian kayu terdapat di Samarinda, Balikpapan, Pontianak, dan Cepu (Jawa Tengah, untuk penggergajian kayu jati). Hasil dari industri ini berupa kayu gelondongan (log/bulat), kayu gergajian, dan kayu lapis untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Ekspor kayu gergajian dan kayu lapis terutama kenegara Jepang, Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia. Mulai Tahun 1985 pemerintah melarang ekspor kayu gelondongan dan mengubahnya menjadi ekspor kayu olahan, yaitu berupa kayu gergajian, kayu lapis, atau berupa barang jadi seperti mebel. Selain kayu gelondongan, yang terkena larangan ekspor adalah rotan asalan. Tujuan adannya larangan ekspor kayu gelondongan dan rotan asalan tersebut antara lain untuk membatasi eksploitasi yang berlebihan terhadap dua jenis komoditas tersebut dan untuk meningkatkan lapangan kerja di bidang industri perkayuan yang bersifat padat karya.

IV.            Faktor-faktor Pendorong Usaha Pengembangan Kehutanan di Indonesia
Faktor-faktor Pendorong Usaha Pengembangan Kehutanan di Indonesia di antaranya :
1.      Wilayah Indonesia berada di daerah beriklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, sehingga Indonesia tidak pernah mengalami musim gugur seperti negara-negara beriklim subtropis dan sedang.
2.      Keadaan tanah di Indonesia sangat subur sehingga sangat baik bagi tumbuhnya berbagai jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
3.      Tersedianya sumber daya hutan berpotensi dan belum termanfaatkan, yang secara geografis tersebar luas di sebagian besar wilayah Indonesia.
4.      Adanaya permintaan pasar terhadap hasil hutan indonesia, baik pasar dalam maupun luar negeri yang cenderung meningkat.

V.            Faktor-Faktor Penghambat Usaha Pengembangan Kehutanan di Indonesia dan Cara Mengatasinya
Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan bidang kehutanan sebagai berikut :
1.      Berkurangnya areal hutan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. Hutan ditebang dan dijadikan kawasan permukiman penduduk, pertanian, dan perkebunan.
2.      Masih terdapat sistem pertanian ladang berpindah, terutama diluar Jawa.
3.      Terjadinya kebakaran hutan yang disebabkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
4.      Terjadinya penebangan liar dan pencurian kayu di hutan yang dapat merusak hutan dan keanekaragaman hayati.
5.      Usaha reboisasi dan penghijauan yang gagal dan kuurang berhasil karena kekurangan dana serta adanya gangguan alam, seperti musim kemarau yang panjang.
6.      Pengambilan hasil hutan yang tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah oleh pengusaha swasta pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan).
7.      Pengambilan kayu yang terus meningkat akibat kebutuhan kayu untuk pemukiman dan bahan baku industri.
Untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam usaha pengembangan kehutanan di Indonesia sebagai berikut :
1.      Menggunakan sumber daya hutan sebaik-baiknya untuk peningkatan volume dan nilai ekspor, merangsang pertumbuhan industri hilir pengolahan hasil-hasil hutan serta mempertahankan kelestarian sumber daya hutan.
2.      Melakukan eksploitasi hasil hutan, terutama kayu, secara hati-hati. Perusahaan pemegang konsesi HPH diwajibkan memenuhi ketentuan sistem Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI).
3.      Pemegang HPH dikenakan iuran Dana Jaminan Reboisasi yang akan dipergunakan unruk mengutankan kembali areal bekas tebagan dan mempertahankan kondisi hutan sesuai keadaan semula.
4.      Memberikan dorongan kepada kalangan swasta agar berpartisipasi dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.
5.      Melarang penebangan hutan secara sembarangan.
6.      Memperketat penjagaan hutan dengan mempersiapkan polisi hutan, melindungi hutan dari pencurian kayu, dan penebangan liar.